Tayangan film layar lebar yang mengetengahkan tema hantu makin marak di dunia perfilman tanah air. Fenomena itu tak luput dari pandangan aktor senior, Slamet Rahardjo (59). Menurutnya, saat ini setan juga pasti tersinggung dengan tayangan layar lebar.
"Setan juga tersinggung, 'gua ngga sejelek itu'," canda Slamet saat ditemui dalam jumpa pers '58 Tahun Bangkitnya Perfilman Nasional di Jakarta, Senin (17/03).
Menurut pria kelahiran Serang, 21 Januari 1949 ini, bohong jika dikatakan rakyat Indonesia bodoh dengan terus-menerus disuguhi tayangan-tayangan hantu yang tidak masuk akal. "Bohong jika rakyat kita bodoh, siapa yang bilang rakyat kita bodoh," tandasnya.
Sebagai bukti, beberapa film tanah air yang sukses di pasaran justru film-film yang bukan bertema horor. Ia menyebut beberapa contoh, seperti 'Ayat-Ayat Cinta' (AAC), 'Get Married', dan 'Ada Apa Dengan Cinta' (AADC).
Mengenai sensor pada film nasional, pria yang pertama kali muncul dalam film 'Wajah Seorang Lelaki' ini, menegaskan bahwa sensor bukan berfungsi untuk memotong adegan-adegan yang dianggap jorok, tetapi sebaiknya berfungsi untuk perbaikan pola pikir.
Menurutnya, sensor yang dilakukan selama ini dinilainya tidak efektif untuk memotong adegan ratusan bahkan ribuan film.
"Berapa jam sih waktu kerja kita? Pastinya tidak akan sempat untuk memotong adegan demi adegan yang dinilai jorok, nah, akhirnya paling cuma fast forward, kalau fast forward seperti itu dimana sensornya?" ujarnya, sambil mengajak berbagai kalangan untuk sama-sama memperbaiki.
"Misalnya di film 'Maaf Saya Menghamili Istri Anda', kalau yang seperti itu, menurut saya becandaan yang tidak lucu. Saya bilang langsung, tidak perlulah memberi judul seperti itu," jelasnya.
Menurut sutradara film 'Marsinah' ini, film Indonesia saat ini masih perlu waktu untuk menemukan jati diri. Ia menilai, secara kultural bangsa Indonesia masih berpikir sukuisme dan sendiri-sendiri, belum berpikir secara nusantara. (tr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar