Seorang hamba yang taat dan memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak ragu lagi bahwa Allah menginginkan kemudahan bagi hambaNya dan tidak menginginkan kesulitan. Allah dan RasulNya Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam telah membolehkan beberapa hal bagi orang yang puasa dan tidak menganggapnya suatu kesalahan jika mengamalkannya. Berikut ini diantara perbuatan-perbuatan tersebut beserta dalil-dalilnya :
1. Seorang yang Puasa Dibolehkan Memasuki Waktu Subuh dalam Keadaan Junub
Quote:
Diriwayatkan dari Aisyah dan Ummu Salamah -radhiallahu 'anhuma: "Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam memasuki waktu subuh dalam keadaan junub karena jima' dengan istrinya, kemudian beliau mandi dan berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim) |
Quote:
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "Kalaulah tidak memberatkan umatku niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali wudhu". (HR. Bukhari dan Muslim) Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam tidak mengkhususkan orang yang puasa ataupun yang lainnya, ini sebagai dalil disunnahkan bersiwak (gosok gigi) bagi orang yang puasa dan lainnya setiap wudhu dan shalat. Demikian pula hal ini umum di seluruh waktu, baik sebelum zawal (tergelincir matahari) atau setelahnya. Namun sebaiknya orang yang sedang berpuasa tidak menggunakan pasta gigi karena ada rasa dan aroma kuat yang dikhawatirkan ikut tertelan bersama ludah. Wallahu a'lam. (Majalis Syahr Ramadhan hlm 112. Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin dan kitab 48 Suaalan Fi Ash-Shiyam Ajaba Alaiha Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin hlm 63). |
Quote:
Karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam berkumur dan beristinsyaq dalam keadaan puasa, tetapi melarang orang yang berpuasa berlebihan ketika istinsyaq (memasukan air ke hidung) Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam bersabda: " ..dan bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq kecuali apabila kamu dalam keadaan puasa." (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Imam Ahmad dll dengan sanad sahih). |
Quote:
Ibunda Aisyah Radhiallahu Anha pernah berkata: "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam mencium (isterinya) dalam keadaan puasa dan bercengakrama (bercumbu) dalam keadaan puasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling bisa menahan diri." (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini diperbolehkan bagi mereka yang bisa menahan diri untuk tidak sampai keluar air mani atau menjurus kepada jima. |
Quote:
Semua ini bukan pembatal puasa karena tidak ada dalil yang mengatakan batalnya puasa dengan hal-hal tersebut. Keterangan lebih lanjut dibahas dalam pembatal-pembatal puasa. (Majalis Syahr Ramadhan hlm 103. Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin). |
Quote:
Hal ini dibatasi selama tidak sampai tenggorokan dan tidak ditelan, berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma: Tidak mengapa mencicipi kholl (cuka) atau sesuatu yang lain dalam keadaaan puasa selama tidak sampai ke tenggorokan. (HR.Bukhari secara muallaq, dimaushulkan Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi dengan sanad hasan). |
Quote:
Semua ini tidak membatalkan puasa, baik rasanya sampai di tenggorokan atau tidak, karena semua ini bukan makan dan minum dan tidak sama dengan makan dan minum. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam risalahnya yang bermanfaat Haqiqatus Shiyam, serta muridnya Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Zaadul Maad, juga para ulama yang lainnya seperti Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaiminrahimahullah dll. Imam Bukhari rahimahullah berkata dalam kitab Shahih Bukhari: Anas bin Malik, Hasan Al-Bashri dan Ibrahim An-Nakhai memandang tidak mengapa memakai celak (sipat) bagi orang yang berpuasa. (Majalis Syahr Ramadhan karya Syaikh Utsaimin, hlm 110 dan Sifhat Shoum Nabi hlm 56). |
Quote:
Fadhlilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah berpendapat bahwa memakai obat seperti ini tidaklah membatalkan puasa karena tidak sampai masuk ke dalam perut dan tujuannya adalah untuk membuka saluran napas sehingga seorang yang sesak napas bisa bernapas kembali dengan lega dan normal. Beliau berpendapat bahwa hal ini bukanlah makan dan minum dan tidak sama dengan makan dan minum yang sampai masuk ke dalam perut. (Kitab 48 Suaalan Fi Ash-Shiyam Ajaba Alaiha Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin hlm 62-63, jama wa tartib: Salim bin Muhammad Al-Juhani). |
Quote:
Bukhari menyatakan di dalam kitab Shahih Bukhari: (Bab Mandinya Orang yang Puasa), Ibnu Umar radhiallahu anhuma membasahi bajunya kemudian dia memakainya ketika dalam keadaan puasa (membasahi dengan air untuk mendinginkan badannya karena haus ketika puasa). Asy-Syabiy -rahimahullah masuk kamar mandi dalam keadaan puasa. Al-Hasan -rahimahullah berkata: Tidak mengapa berkumur-kumur dan memakai air dingin (untuk mendinginkan badan) dalam keadaan puasa. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam mengguyurkan air ke kepalanya dalam keadaan puasa karena haus atau kepanasan. (HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad dengan sanad sahih. Shifat Shoum Nabi Karya Syaikh Salim Al-Hilaly dan Syaikh Ali Hasan, hlm 56 dan Majalis Syahr Ramadhan karya Syaikh Utsaimin, hlm 1112-113). [Abdullah Shaleh Hadrami/ASH] |
sumber: hati bening
PERTANYAAN TAMBAHAN DARI AGAN-AGAN
Spoiler for buang angin di DALAM Air??:
jawab:Tidak kalah populer adalah pemahaman bahwa bila orang berpuasa lalu berendam di air apalagi kentut di dalamnya- maka puasanya batal. Alasannya, hal demikian memungkinkan masuknya air ke tubuh, baik melalui telinga, hidung atu dubur. Tetapi bandingkan dengan riwayat shahih dari Abu Bakr Ibn Abd al-Rahman dari sebagian sahabat Nabi, ia berkata: Sungguh aku melihat Rasulullah SAW menuangkan air pada kepalanya padahal beliau sedang puasa, entah karena kehausan atau kepanasan (HR. Malik, Ahmad dan Abu Dawud). Sungguh andaikan kekhawatiran itu cukup berdasar pasti Rasulullah tidak akan melakukan sebagaimana dalam riwayat ini. Bila jelas Rasulullah melakukannya, maka anggapan itu adalah tak beralasan dan konsekwensinya berendam di air tidaklah membatalkan puasa, bahkan kalaupun seseorang kentut dalam air. Sebab asumsi yang dibangun sebagai pijakan tidak tepat. Yaitu asumsi bila ada angin keluar, pasti ada air yang masuk menempati ruang angin yang keluar itu. Keluarnya kentut sungguh jauh dari teori ini, sebab dia keluar karena lambung sudah penuh untuk diisi dengan materi lain. Dengan demikian keluarnya angin itu tidak mengakibatkan masuknya materi dari luar untuk mengganti posisinya. Toh kalaupun ada yang masuk, masuknyapun tidak melalui jalan yang sewajarnya.Wallahu alam
Spoiler for donor darah saat puasa?:
Hal ini sudah di fatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia bahwa donor darah tidak akan membatalkan puasa
pendapat mayoritas ulama dinilai lebih kuat yaitu bekam tidaklah membatalkan puasa. Akan tetapi, bekam dimakruhkan bagi orang yang bisa jadi lemas karena berbekam. Dan boleh jadi juga diharamkan jika hal itu menjadi sebab batalnya puasa orang yang dibekam. Hukum ini berlaku juga untuk donor darah
Spoiler for disuntik atau diinfus ketika puasa??:
Pengobatan yang dilakukan melalui suntik, tidaklah membatalkan puasa, karena obat suntik tidak tergolong makanan atau minuman. Berbeda halnya dengan infus, maka hal itu membatalkan puasa karena berfungsi sebagai zat makanan. Begitu pula pengobatan melalui tetes mata atau telinga tidaklah membatalkan puasa kecuali bila dia yakin bahwa obat tersebut mengalir ke kerongkongan. Terdapat perbedaan pendapat, apakah mata dan telinga merupakan saluran ke kerongkongan sebagaimana mulut dan hidung, ataukah bukan. Namun wallahu alam, yang benar adalah bahwa keduanya bukanlah saluran yang akan mengalirkan obat ke kerongkongan. Maka obat yang diteteskan melalui mata atau telinga tidaklah membatalkan puasa. Meskipun bagi yang merasakan masuknya obat ke kerongkongan tidak mengapa baginya untuk mengganti puasanya agar keluar dari perselisihan.
Tags : wa sallam, muhammad bin, al qur, waktu subuh, alaihi wa, puasa, salamah, gosok, shalat, dalil, hamba, taat, ragu, matahari, maaf, ramadhan, lainnya, ummu, nabi, karena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar