Kuburan dari abad ke 18


Kerangka manusia dalam sebuah guci di lokasi kubur guci Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (5/6). Tim peneliti dari Balai Arkeologi Banjarmasin menemukan 52 guci berisi kerangka manusia dalam penggalian selama 21 hari. Kubur itu diperkirakan telah ada sejak abad ke-18.
Tim peneliti arkeologi menemukan kuburan manusia abad ke-18 terbesar di Kelurahan Sangasanga Dalam, Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kuburan itu berupa 52 tajau atau guci berisi kerangka manusia, tiga kerangka masih utuh.
Ketua Tim Penelitian Penguburan Tajau Sangasanga Bambang Sugiyanto kepada pers, Sabtu (5/6/2010), mengatakan, kuburan tajau, guci, atau martavan ini sudah ada pada abad ke-18 dan menjadi terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia.
Guci itu bermotif ukiran Tiongkok dari abad ke-16 sampai abad ke-18. Piring berasal dari abad ke-18. Sampel tulang dan tanah dikirim ke laboratorium di Jakarta untuk menentukan umur kuburan dan jenis ras manusia.
Tiga guci yang utuh kini diamankan di Museum Merah Putih Sangasanga. Sisanya pecah berkeping-keping dan ditimbun kembali untuk sewaktu-waktu dibongkar guna penelitian lanjutan. Setiap guci berisi kerangka satu individu tanpa harta benda.
Kerangka dalam guci merupakan pola penguburan sekunder pada tradisi Dayak. Sekunder berarti jenazah dikubur dalam tanah sampai saat dipindahkan ke dalam guci dengan ritual adat. Jumlah individu dalam guci menggambarkan jumlah minimal hewan yang dikurbankan.
Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Samarinda Edi Tri Haryantoro meminta Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mengamankan status tanah lokasi penggalian.
Sangasanga dikenal sebagai kawasan peninggalan Belanda. Di sana ada perumahan pegawai perusahaan minyak dan pompa angguk abad ke-19. Di sana terjadi pertempuran antara Indonesia dan Belanda pada awal masa kemerdekaan.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...