Jangan Paksa Anak-anak Belajar Bahasa Asing

TEMPO Interaktif, Jakarta:Para orang tua dianjurkan agar tidak memaksakan anak-anak mereka yang masih dibawah lima tahun untuk belajar bahasa asing selain bahasa ibunya. Karena, hal itu dapat mengganggu perkembangan kecerdasan emosi, intelektual, serta motorik si anak.

"Kalau dipaksakan bisa terhambat, dan tumbuh hanya dengan perintah." kata Arist Mederka Sirait, Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak, saat dihubungi pada Ahad (15/06) sore tadi.

Arist berpendapat sebaiknya orang tua jangan memaksakan obsesinya kepada anak-anaknya. Dalam usia balita, anak pun belum membutuhkan kemampuan berbahasa asing. "Itu obsesi orang tua, jangan dijejalkan ke anak." katanya. Anak cukup mengetahui adanya bahasa asing, tetapi tidak perlu mempelajarinya.

Pada usia dibawah 5 tahun adalah masa-masa pertumbuhan, di mana anak perlu diberikan kebebasan bermain. Dalam usia itu sebaiknya anak juga tidak perlu disekolahkan terlebih dahulu.

Saat ini menyekolahkan anak ke taman kanak-kanak memang menjadi suatu tren. "Tetapi hal itu sebenarnya tidak dianjurkan," ujar Arist.

Ia menambahkan, dalam bahasa terkandung makna-makna moral yang perlu diketahui oleh anak. Sehingga, ketika anak belajar bahasa ibu, ia mengetahui nilai moral maupun budaya dibalik kata-kata yang diucapkannya.

Adapun bahasa asing memiliki pendekatan budaya yang berbeda dari bahasa ibu. Sehingga, bahasa asing sebaiknya dikenalkan kepada anak sebatas sebagai pengetahuan saja.

Bila anak-anak yang dipaksakan belajar bahasa asing, kata Arist, dikhawatirkan dapat menganggu pertumbuhan kejiwaanya. Apalagi bila tidak ditanamkan nilai-nilai dasar yang memadai.

Anak-anak dapat mulai belajar bahasa asing ketika mulai menginjak usia 12 tahun. Menurut Arist, dengan sendirinya pada usia itu anak-anak akan menemukan keasikannya dalam belajar bahasa asing. "Tanpa perlu dipaksakan oleh orang tuanya." Aqida Swamurti

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...