Proyek Film Pendek Peristiwa Mei 1998 !

Di mana kita pada bulan Mei sepuluh tahun lalu? Mungkin para pembaca Hai waktu itu masih berusia 5-9 tahun

Dan dalam ingatan yang samar-samar itulah barangkali masih mengingat sebuah peristiwa besar. Demonstrasi mahasiswa, kerusuhan, penjarahan, pembakaran. Ibu Kota berada dalam situasi chaos. Lalu setelah itu bertubi-tubi peristiwa besar datang. Lengsernya Soeharto, teriakan reformasi di mana-mana.

Sepuluh tahun sesudahnya, gaung dari berbagai peristiwa itu seperti meredup. Benarkah? Ternyata tidak untuk sebagian orang. Mereka tidak ingin lupa.

Sejumlah pekerja film dari latar belakang berbeda, musisi dan pekerja seni lainnya bergabung secara swadaya untuk memperingati satu dekade reformasi (1998-2008). Mereka menjalankan sebuah proyek bernama Proyek Payung. Dalam proyek itu sejumlah film pendek dibuat dengan latar belakang Peristiwa Mei 1998.

Karya mereka akan mulai diputar sejak 13 Mei 2008 di Jakarta, Bandung, Yogya, Semarang dan Kuala Lumpur. (eds)

Di mana Saya?
Produser: Anggun Priambodo
Sutradara: Anggun Priambodo
Penulis:Anggun Priambodo
Tahun Produksi: 2008

Ada di mana diri Anda pada bulan Mei sepuluh tahun silam (1998)? Melalui Di Mana Saya? Anggun Priambodo menelusuri kisah sejumlah “orang biasa” setelah satu dekade reformasi berlalu. Ia bertutur melalui foto-foto mereka saat sedang berada dalam beragam kegiatan saat itu.

Sugiharti Halim
Produser: Ariani Darmawan
Sutradara: Ariani Darmawan
Penulis: Ariani Darmawan
Pemeran: Nadia, Hengky Hidayat
Penata Kamera/DOP: Joedith Tjhristianto
Penyunting Gambar/Editor: Astu Prasidya
Penata Artistik/Art Director: Prilla Tania
Tata Suara/Sound: Ariani Darmawan
Tahun Produksi: 2008

Apa artinya sebuah nama? Bagi Sugiharti Halim, ternyata nama berarti sejumlah pertanyaan panjang. Kadang kocak, kerap menjengkelkan dan yang jelas, penuh kontradiksi. Apa benar seseorang perlu nama “asli”? Apa betul nama bisa dijual? Apa iya identitas bisa disamarkan di balik sebuah nama? Sugiharti Halim menawarkan sebuah cara pandang yang jenaka, “nyelekit”, sekaligus kontekstual untuk ditilik lagi hari ini.

Trip to the Wound
Produser: Meiske Taurisia
Sutradara: Edwin
Penulis: Edwin
Penata Kamera: Sidi Saleh
Pemain: Ladya Cherryl
Penyunting: Herman Kumala Panca
Musik/Music: Windra Benyamin
Tatasuara: Iponxonik
Tahun Produksi: 2007

Suatu malam, saat menaiki sebuah bus, Shilla berjumpa dengan Carlo. Shilla adalah seorang kolektor. Ia mengoleksi kisah-kisah di balik bekas luka. Carlo tak akan bisa melupakan perjalanan itu.

Bertemu Jen
Produser: Hafiz
Sutradara: Hafiz
Penulis: Hafiz
Tahun Produksi: 2008

“Hidup telah memberikan banyak waktu, tapi gue tidak pernah memanfaatkan waktu itu untuk hidup gue.” Jen adalah orang biasa yang punya mimpi dan cita-cita. Tapi waktu telah banyak menggerus diri Jen. Banyak yang terlewatkan. Namun, apa yang sebenarnya dilakukan Jen dalam sepuluh tahun terakhir? Perubahan rezim tak banyak mengubah hidupnya. Peristiwa sepuluh tahun silam hanyalah kenang-kenangan visual seperti saat dia hadir di hadapan Jen. Kenangan itu hanya menjadi “film” ingatan tentang sebuah peristiwa.

Huan Chen Guang
Produser: Ifa Isfansyah
Sutradara: Ifa Isfansyah
Penulis: Ifa Isfansyah
Produser Pelaksana/Line Producer: Bae Chun Yeok
Kamera: Tran Hoai Nam
Penyunting: Kim Jae Rim
Suara: Hae Kyong, Jung Woan
Tahun Produksi: 2008

Chen Guang adalah perempuan Cina berusia 21 tahun dan tinggal di Beijing. Ibunya orang Indonesia meninggal pada saat terjadi kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Lalu Chen Guang pergi ke Korea. Tujuannya adalah ingin menutup kenangan buruk yang selalu ada di dirinya dengan sebuah kenangan yang indah.

Hari pertama di Korea Chen Guang bertemu dengan Huan, yang juga seorang perempuan Cina sebaya. Huan sudah lama tinggal di Korea. Kemudian mulailah perjalanan dua perempuan tersebut. Setelah seharian menghabiskan waktu bersama, Chen Guang dan Huan menginap di sebuah motel kecil di kota Busan. Mereka tidur di salah satu kamar. Hampir tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Paginya, Chen Guang memutuskan untuk pulang ke Beijing karena merasa sudah memperoleh apa yang ia cari.

A Letter of Unprotected Memories
Produser: Lucky Kuswandi
Sutradara: Lucky Kuswandi
Penulis: Lucky Kuswandi
Tahun Produksi: 2008

Lucky Kuswandi mengajak kita masuk ke sebuah perjalanan personal yang dialaminya ketika Imlek kini menjadi tanggalan merah. Perayaan hari istimewa itu senantiasa membawanya kembali ke masa kecilnya saat perayaan Imlek masih dilarang. Ada beragam keunikan perayaan Imlek di kalangan terdekatnya, baik dulu maupun sekarang. Sementara itu senantiasa ada pertanyaan besar yang terus diajukannya tiap kali Imlek tiba.

Kemarin
Produser: Otty Widasari
Sutradara: Otty Widasari
Penulis: Otty Widasari
Tahun Produksi: 2008

Masa muda, perkawinan kematian, kelahiran, tumbuh dan berproses serta “makan dan mencari makan”, merupakan siklus alamiah kehidupan di Bumi. Jangka waktu sepuluh tahun ditarik dan dimasifkan menjadi satu bingkai sebuah autobiografi

Televisi
Produser: Herman Kumala Panca
Sutradara: Herman Kumala Panca
Penulis: Herman Kumala Panca
Tahun Produksi: 2008

Panca baru berumur 10 tahun ketika ayahnya memberikan akte kelahirannya berikut paspor Panca dan ibunya, serta sedikit uang dan sebuah golok buatan ayahnya sendiri. Saat itu sang ayah mendengar kabar isu antietnis Cina sudah beredar di Medan. Ayah Panca berpesan agar Panca menjaga ibunya, apa pun caranya. Bahkan membunuh si penyerang bila perlu. Sementara sang ayah memutuskan untuk tinggal dan mencoba menyelamatkan rumah mereka. Percakapan yang menegangkan itu terjadi di depan pesawat televisi keluarga, di sebuah maghrib, sepuluh tahun silam. Kini, sepuluh tahun kemudian, Panca kadang masih ada di posisi yang sama: di depan pesawat televisi, kala maghrib tiba.

Yang Belum Usai
Produser: Ucu Agustin
Sutradara: Ucu Agustin
Penulis/Writer: Ucu Agustin
Tahun Produksi: 2008

Ibu Sumarsih adalah ibu dari Wawan, salah seorang mahasiswa yang menjadi korban Tragedi Semanggi I. Sejak Wawan tewas, Bu Sumarsih tak henti menuntut keadilan. Hingga kini ia terus bertekad untuk melanjutkan perjuangan putranya demi tegaknya supremasi hukum di negeri ini. Akankah ia berhenti?

Sekolah Kami, Hidup Kami
Produser: Steven Pillar Setiabudi
Sutradara: Steven Pillar Setiabudi
Penulis: Steven Pillar Setiabudi
Tahun Produksi: 2008

Pembuat film dokumenter Steven Pillar Setiabudi (Pilar) awalnya hendak menguji kadar kesadaran politik para subjeknya yang masih belia. Mereka adalah murid-murid kelas tiga SMA yang akan segera menapak ke Perguruan Tinggi.

Dalam perkembangannya, para murid kelas tiga di sebuah SMA di Solo ternyata tak hanya punya mimpi. Mereka melakukan sebuah usaha mewujudkan perubahan. Dengan cara yang matang dan sistematis berhasil anak-anak SMA itu berhasil mengumpulkan sejumlah bukti praktik korupsi yang selama ini berlangsung di sekolah mereka.

Kucing 9808, Catatan Seorang (Mantan) Demonstran
Produser: Wisnu Suryapratama
Sutradara: Wisnu Suryapratama
Penulis: Wisnu Suryapratama
Tahun produksi: 2008

April 1998 – Wisnu ‘Kucing’ Suryapratama dikenal sebagai salah satu aktivis Kesatuan Aksi Keluarga Besar Univesitas Indonesia (KA KBUI). Ia menjadi koordinator acara Posko KA KBUI yang mengatur jalannya hampir semua aksi demonstrasi KBUI dari awal sampai akhir. April 2008 – seorang Wisnu telah menjadi bapak, pekerja film freelance, suami dengan segala kesibukan pribadinya. Masih adakah sisi demonstran dalam dirinya?




Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...