Seni Totok Darah Yang Melegenda !


Ayah meninggal dunia di masa anak-anak saya, setelah itu ikut ibu kembali ke kampung halaman, Fengcheng. Ini adalah sebuah tempat yang sederhana.

Di masa anak-anak, untuk pertama kalinya pulang ke Fengcheng, cukup menguras pikiran untuk berkomunikasi. Bahasa daerah Fengcheng diiringi dengan tanda bahasa yang tajam. Pantas saja disini banyak “Jin Shi” (calon yang lulus dalam ujian kerajaan tertinggi) dan “Zhuang Yuan” (sarjana nomor satu, gelar yang diberikan kepada orang pertama yang lulus dalam ujian kerajaan). Ketika mereka memberi salam dan bertanya pada Anda mau kemana, mereka akan berkata: “dimana perginya?”.

Dalam bahasa juga kerap menggunakan kalimat terbalik, misalnya: “kau melawanku tidak menang”, apalagi mengucapkan, lebih rumit lagi, kata “Xie” (miring) di daerah sini harus dibaca “Xia”, kalau tidak berarti tidak berima, begitulah orang-orang Fengcheng mengucapkan kata ini.

Legenda “Wu Ba Qian” (Teknik 5 jepitan jari tangan)

Legenda tentang “Wu Ba Qian” sudah lama tersebar dan sangat umum di kalangan rakyat daerah Fengcheng. Dalam sejumlah kebiasaan yang tersebar dari orang-orang Fengcheng ini hingga sekarang dapat diketahui hanya dengan melihat sebagiannya saja. Seperti misalnya: orang-orang, baik laki-laki, perempuan, tua maupun muda, kerabat atau musuh yang dibenci. Dimana saat berhubungan (dalam pergaulan) itu semaksimal mungkin menghindari kontak tubuh.

Terutama gerakan-gerakan yang akrab seperti menepuk bahu, atau punggung, karena itu akan menimbulkan kewaspadaan dan antipati pihak kedua….sebab “wu ba qian” (teknik menotok dengan 5 jari tangan) bisa tanpa sengaja akan di pakai pada tubuh orang yang dimusuhi, orang yang “ditotok urat darahnya”, akan memuntahkan darah beberapa waktu kemudian atau menjadi pucat dan kurus kemudian akan menemui ajalnya dengan cepat.

Sebetulnya apakah memang disebut “wu ba qian” tidak ada catatan terkait, jadi tidak diketahui, namun kami sudah terbiasa mengucapkan demikian sedari kecil, dan masih ada satu istilah lagi yaitu “mo zhi shou” (tangan kulir)…. gong fu (ilmu) ini, membuat orang bergidik, jika segenap Jiangxi menyinggung tentang “wu ba qian”, maka langsung terbayang dalam benak mereka orang dari daerah Fengcheng.

Konon katanya, “teknik menotok darah” hanya di wariskan pada cucu tidak diturunkan pada anak, sebab untuk mempelajari Gong Fu (teknik) ini akan merusak “Yin De” (Kebajikan yang dibuat di dunia dan akan mendapat pahala di akhirat) , takut tidak akan mendapatkan keturunan.

Konon katanya: “bagi yang kungfu “Wu Ba Qian” (teknik menotok dengan 5 jari tangan)-nya tinggi tidak akan terasa setelah tertotok, sebaliknya bagi yang ilmunya rendah, akan terasa bergetar atau terjadi gejala keras saat itu juga! Mereka yang menguasai ilmu ini umumnya akan merahasiakannya. Kalau diketahui, akan sangat memilukan tinggal di desa, karena akan dikucilkan dan dijauhi!

Justru karena inilah, maka setiap orang di Fengcheng menjadi takut dan gelisah, pantang membiarkan orang lain menepuk-nepuk tubuhnya.

Sebetulnya, tidak hanya orang dari Fengcheng yang akan sakit setelah tertotok, semua orang sama saja. Hanya saja pendatang yang terkena penyakit aneh, tidak mengerti sebabnya saja!

Rencana jahat ini (melukai orang secara diam-diam) juga ada beberapa contoh kasus dalam lingkungan saya, ketika duduk di bangku SMP, muka seorang guru saya tampak pucat dan kurus, oleh seorang teman saya diberitahu, kalau guru saya itu terkena sesuatu.

Pada 1949 silam, Paman ke 2 dan ke 3 saya pergi ke desa untuk menjual rebung, tanpa banyak bicara lagi lalu berkelahi dengan orang lain. Namun malang pinggang paman saya terjamah (tertotok) oleh lawan. Hari ke 3 setelah tiba di rumah, ia memuntahkan darah segar hingga berkali-kali, saat itu kebetulan ada seorang pengembara yang menumpang inap di rumah, setelah memberikan resep obat, nyawanya baru tertolong! (ini adalah cerita ibu saya) dan paman ke 3 saya hidup hingga di usia 80 tahun lebih dan baru meninggal dunia 3 tahun lalu!

Ketika saudara saya masih aktif di kepolisian, suatu hari, saat kaptennya sedang memburu seorang tersangka pembunuhan dari Fengcheng. Dan karena beraksi secara mendadak di malam hari, dimana saat menggelandang tersangka yang pingsan keluar pintu. Tersangka warga Fengcheng yang tersadar dari pingsannya itu tiba-tiba meraba (menotok) pinggang sang kapten, hingga saat itu juga muka sang kapten tampak pucat pasi, kemudian sang kapten terus diobati dengan kedokteran Tiongkok di kesatuan, hingga beberapa tahun setelah pensiun, ia pun meninggal. Konon katanya, bahwa parah dan ringannya terhadap keadaan penyakit pada posisi penotokan dalam “teknik menotok darah” tidak sama, bagian pinggang adalah posisi yang paling parah jika tertotok, dan pada dasarnya tidak dapat diobati.

Intinya, tidak peduli apakah benar atau hanya sekadar kabar angin, namun peristiwa seperti ini sangat umum di Fengcheng. Di suatu daerah di Jiangxi dulu, begitu kita singgung tentang orang Fengchneg, semua orang akan menaruh hormat dan menjauh.

Prinsip “teknik menotok darah” dalam legenda
Beberapa waktu lalu, terbetik berita bahwa ahli ilmu kedokteran Tiongkok dari 3 negara China, Jepang dan Korea berbaur bersama mengadakan rapat, ingin menyatukan sejumlah aturan teknis terhadap titik akupunktur kedokteran Tiongkok. 2 tahun lalu, departemen kesehatan AS secara resmi juga mengakui keilmiahan terapi titik akupunktur, dan mengizinkan metode terapi ini diberlakukan secara resmi di AS. Ini membuktikan bahwa betapa ilmiah dan mendalamnya teori titik pembuluh nadi dan pembuluh balik tubuh manusia pada masa Pra-Qin (Sebelum penyatuan Qin, masa negara-negara berperang). Ia menjelaskan sistem peredaran lainnya kepada kita, sistem peredaran energi dalam sistem peredaran tubuh manusia selain sistem peredaran darah dan sistem peredaaran limfa yang dapat dilihat secara anatomi.

Dalam sistem peredaran energi mengandung “Jing Qi”, “Wei Qi”, “Ying Qi”. Intinya dalam sistem peredaran ini beredar suatu materi yang lebih misterius. Materi-materi ini beredar mengelilingi tubuh dan menelusuri meridian dan pembuluh sekunder menurut hukum Meridian. Berdasarkan hukum-hukum yang ditemukan orang zaman dahulu, dokter China (atau master Qi Gong) memadukan latihan pengambilan nafas, dapat memperkuat sifat materi ini, sehingga dengan demikian mencapai kemampuan lahiriah yang luar biasa, inilah yang disebut Qi Gong. Ada kalanya meridian dan pembuluh sekunder dirintangi, dan dapat mengakibatkan kehilangan atau kurangnya fungsi tubuh, sehingga mengilhami orang-orang untuk menciptakan titik tusuk atau titik akupunktur, dan ini merupakan teknik yang sangat unik.

Ini merupakan penguraian lain orang Tiongkok dahulu terhadap sistem peredaran misterius tubuh manusia, adalah persembahan besar bagi manusia. Namun temuan leluhur kita terhadap tubuh manusia, bukan hanya meridian atau pembuluh sekunder sesederhana ini, banyak sekali catatan yang lebih terperinci lenyap seiring dengan berlalunya waktu. Orang-orang sekarang hanya tahu sistem peredaran meridian, tapi tidak tahu sistem peredaran tersembunyi lainnya yang ditemukan orang zaman dulu. Ia dan meridian eksis bersama, tapi bukan Meridian, disebut “sistem peredaran darah” tapi bukan “darah”-nya materi. Teori ini, belum pernah diuraikan orang di China. Namun, ia melahirkan kungfu “Wu Ba Qian” yang terkenal di Fengcheng, dan istilah ilmiah dari kungfu ini dinamakan “Dian Xue Shu” (teknik totok darah).

Mereka yang berlatih “Totok darah”, terkadang harus berlatih seperti latihan telapak besi menacapkan tangan ke dalam pasir, kacang-kacangan, juga berlatih Qi Gong ( ini adalah tingkat tinggi).

Dulu kungfu atau ilmu totok darah ini tidak boleh sembarangan diajarkan, sang guru harus menyeleksi secara ketat bagi mereka yang akan diajarkan ilmu tersebut, orang yang diajarkan ilmunya harus berkelakuan baik, dan berwatak lembut. Sebab, jika sang murid melakukan kesalahan di luar, maka akan ada pendekar yang ahli dalam bidang terkait memberi ganjaran kepada sang guru, ini adalah suatu bentuk mencari gara-gara, penuh dengan corak dramatis. Orang yang diberi ganjaran dengan orang yang memberi ganjaran kerap tidak saling kenal satu sama lain, sehingga ini akan menimbulkan terjadinya peristiwa secara mendadak, dan pertarungan terkait ini kerap terjadi hanya dalam sekejap mata. Mungkin diantaranya jatuh tersungkur dan satunya pergi dengan tenang, atau keduanya tewas di tempat. Sedang orang-orang yang menyaksikan atau tidak bersangkut paut umumnya tidak dapat merasakan atau melihat bekas pertempuran.

Mungkin aturan dari ahli (teknik totok darah) yang diturunkan sejak zaman dahulu, sehingga membuat kungfu yang mengerikan ini memiliki ikatan resmi yang tak berbentuk.

Di Fengcheng, bagi pemula belajar teknik totok darah adalah rahasia. Setelah bisa teori atau kungfu dasar, harus diuji, lawan ujinya dilarang keras ditujukan pada manusia. Umumnya mereka menggunakan ayam, bebek, burung dara atau hewan kecil sejenisnya.

Peristiwa di “Jianghu” (dunia persilatan) sebenarnya lebih mirip dengan yang diuraikan dalam cerita silat (Kho Ping Ho).

Dahulu dan Sekarang
Sejak reformasi, masyarakat di China selalu melihat segalanya dengan uang, sejumlah besar moralitas yang dapat diandalkan dan bersahaja mulai goyah. Begitu juga dengan teknik totok darah dijadikan sebagai suatu cara untuk mencari keuntungan dan di ajarkan sesukanya oleh sejumlah guru yang sembrono dengan memungut bayaran, banyak yang berkelakuan buruk atau memiliki dendam pribadi, bisa dengan mudahnya mempelajari kungfu yang mengerikan ini.

Pada awal tahun 1980-an, ada seorang pemuda yang berdagang di luar daerah, karena kagum ia belajar “ilmu atau teknik totok darah” dengan seorang guru yang menerima murid secara bebas di sebuah gang desa Fengcheng, setelah behasil ia pun pulang ke rumah, sepanjang jalan pemuda ini tampak begitu gembira, dan hatinya serasa melayang-layang begitu terbayang dirinya sejak itu sudah memiliki ilmu pamungkas yang dilegendakan, bisa membalaskan dendam tanpa jejak terhadap siapa pun dan memberi ganjaran pada siapa pun yang memperlakukannya dengan sewenang-wanang.

Namun, ia belum pernah mencobanya pada manusia, tidak tahu apakah manjur atau tidak. Di tengah keraguannya ia melihat seorang kakek berambut putih dan bongkok berjalan ke hadapanya sambil menenteng keranjang. Dalam benak pemuda ini berpikir, orangtua ini mungkin sudah berusia 80 atau 90 tahun, kalau mati juga tidak perlu disesali (selintas pikiran jahat). Saat sedang merencanakan hal itu, tiba-tiba si orang tua berjalan sempoyongan, sepertinya hendak jatuh, melihat itu pemuda itu pun berpikir inilah saatnya, lalu ia mendekat dan menjulurkan tangannya sambil “menotok aliran darah” sang orang tua, namun dengan acuh tak acub orang tua itu menolak uluran tangan si pemuda sambil berkata, “tidak perlu kau papah!” kakek itu lalu berdiri dan melanjutkan perjalananya.

Pemuda itu tahu ada yang tidak beres, sehingga ia tidak berani bersuara, ia menundukkan kepala dan diam-diam berjalan mengikuti cukup lama di belakang orang tua, mendadak orang tua itu memalingkan kepalanya dan menatap pemuda itu sambil berkata: “belajar totok darah itu digunakan untuk menghukum kejahatan dan menyebarkan kebaikan. Lagipula tidak boleh jadikan manusia sebagai percobaan, melihat caramu yang hanya pemula itu, tapi sudah begitu licik dan jahat, seharusnya kumusnahkan, agar tidak mencelakakan orang. Namun aku sudah tua, ingin berbuat kebajikan, 3 hari mendatang sebelum jam 10 malam, temui aku di desa XX, jangan sampai lewat dari jam itu.

Si pemuda sebetulnya ingin berkata lagi, namun melihat ekspresi sang kakek yang begitu tegar, hingga terpaksa ia pulang dengan galau. Keesokan harinya pemuda itu mulai terbaring di ranjang dan tak bisa bangun, hari ke 3 mulai muntah-muntah. Setelah anggota keluarganya tahu dengan duduk persoalan yang sebenarnya, dimana meski benci dengan pikiran jahat dan kekejaman pemuda ini, namun mereka bergegas juga mengangkat pemuda itu dan pergi ke desa untuk menemui orang tua itu. Hingga malam setelah pencarian, akhirnya mereka mendapat kabar tentang tempat tinggal sang kakek dan jam sudah menunjukkan pk 11:00 malam ketika mereka tiba disana. Mereka mengetuk pintu rumah kakek tersebut, namun tidak ada respon dari dalam meski bagaimana pun pintu itu diketuk. Hingga kemudian seluruh anggota keluarga pemuda itu akhirnya hanya bisa menangis meraung di depan rumah sang kakek, pemuda malang yang kena musibah karena selintas pikiran jahatnya itu akhirnya memuntahkan darah segar dan tewas seketika!

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...