Perayaan dimulai dari tengah malam. Acara diramaikan dengan pertunjukan kesenian barongsai.
Perahu keramat yang dibungkus kain warna-warni ini, merupakan peninggalan Kapiten Oey Giok Koen, tahun 1900-an silam.
Sebelum perahu dimandikan, dilakukan sembahyang, dengan tujuan untuk meminta berkah dan keselamatan, bagi bangsa dan negara. Dan dihindarkan dari bencana.
Kain pembungkus perahu keramat di lepaskan. Air kembang tujuh rupa, disiramkan ke dalam perahu keramat. Secara bergantian warga yang mengikuti acara membersihkan perahu dengan kain merah.
Air bekas mencuci perahu keramat ini dipercaya memiliki khasiat, dan diperebutkan beramai-ramai. Pagi harinya perayaan Pe-Cun dilanjutkan. Acara diisi dengan pementasan kesenian barongsai. Kemudian dilakukan pelepasan bebek ke sungai Cisadane.
Perayaan Pe-Cun diperkirakan telah dilakukan warga etnis Tionghoa di Tangerang, Banten sejak tahun 1910. Dan terhenti pada tahun 1964 lalu. Sejak tahun 2000 pemerintah kota Tangerang kembali menghidupkan tradisi Pe-Cun ini, dengan menggelar pesta air di sungai Cisadane.
Acara dilanjutkan dengan perlombaan perahu naga. Setiap kelompok menunjukkan keterampilannya mengayuh perahu naga.
Acara semakin meriah. Warga beramai-ramai menyaksikan dari pinggir sungai. Inilah puncak perayaan Pe-Cun di Tangerang, Banten. Pesta air di sungai Cisadane. (Helmi Azahari/Sup)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar