Menikah Adalah Moment Sakral dan Prioritas

Saat menikah menjadi salah satu prioritas yang ingin diraih maka ada beberapa hal yang harus anda persiapkan sebelum memasuki jenjang itu. Cobalah perhatikan keseimbangan antara aktivitas-aktivitas persiapan yang dilakukan untuk meraih rencana tersebut.

Survei membuktikan bahwa banyak orang menghabiskan waktu dan energi untuk mempersiapkan pernikahan hanya sebatas masalah finansial saja. Sehingga banyak orang yang menghabiskan waktu bekerja agar bisa mempersiapkan dana yang cukup untuk menikah. Apalagi keluarga sudah mendesak anda untuk segera menikah, sehingga terkesan buru-buru untuk mencari pendamping hidup. Hal inilah yang akhirnya timbul perceraian diantara pasangan muda.

Memang saat masing-masing individu sudah mulai mencintai dan manyayangi maka akan memutuskan untuk beralih ke jenjang yang lebih serius yaitu menikah. Tapi indikasi nyata banyak orang yang dibutakan oleh cinta dan memutuskan untuk segera menikah lalu membina hubungan rumah tangga tanpa memiliki fondasi yang kuat secara seimbang.

Ada beberapa aspek yang bisa digunakan untuk melihat apakah aktivitas seseorang sudah seimbang atau belum yaitu pekerjaan, pengaturan hidup atau disiplin diri, pengembangan diri atau pembeljaran dan hubungan dengan orang lain. Definisi dari seimbang dapat dilihat dari dua dimensi yaitu keseimbangan aktivitas yang dijalankan dan kesesuaian antara rencana dengan aktivitas tersebut.

Hasil surveinya, 67% dari 31 orang yang diriset menunjukkan ketidakseimbangan dalam beraktivitas. Sedang dalam dimensi kedua, 9% lebih melakukan aktivitas yang tidak terkait sama sekali dengan apa yang direncanakan, dan sekitar 45% melakukan aktivitas yang kurang terkait dengan rencana. Riset sederhana ini memang tidak membahas apa dampak dari ketidakseimbangan itu. Jadi sebelum memutuskan untuk menikah, simak beberapa persiapan yang perlu dilakukan dibawah ini.

Kenali diri pasangan yang sebenarnya. Persiapan yang seringkali tidak dilakukan calon suami istri adalah mengekplorasi siapa dirinya yang sebenarnya selama pacaran. Biasanya pasangan hanya melakukan berbagai aktivitas bersama, tapi jarang memiliki keberanian melakukan dialog mendalam untuk menemukan dirinya yang asli.

Sehingga dialog sentris penting, bukan hanya aktivitas-sentris. Apalagi karena selama masa pacaran toleransi masih tinggi sehingga asumsi tentang siapa dia diwarnai oleh persepsi yang tidak realistis. Saat pernikahan sudah terjadi, pasti anda akan merasa shock karena banyak hal-hal yang baru muncul ketika situasinya kondusif. Seperti saat lapar atau sakit, dia menjadi begitu emosional, sangat tidak sabar dan perkataannya sangat agresif. Atau saat masuk pada masalah seks, ternyata dia memiliki pemikiran yang tidak pernah dibahas selama berpacaran. Jadi sebaiknya waktu berpacaran yang ideal adalah sekitar 2-3 tahun agar anda bisa melihatnya dalam berbagai situasi.

Siap Mental. Bagi seorang perempuan, perlu sekali menyiapkan mental untuk menjadi penolong bagi suami dan ibu bagi anak-anak. Seringkali perempuan tidak siap untuk hal itu. Apalagi karena perempuan harus melahirkan anak dan mengatur rumah tangga. Karena itu perempuan perlu mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku tentang kewanitaan, anak dan keluarga sebelum menikah. Juga perlu belajar tentang manajemen waktu dan manajemen keuangan.

Siap-siap Menjadi PhD (Perfect Husband and Daddy). Setelah menikah, seorang perempuan secara intuitif biasanya akan berubah. Walaupun dia masih bekerja, tapi dia merasa bahwa rumah tangga adalah prioritas yang harus diutamakan. Tapi seringkali lelaki tidak mengalami perubahan intuitif ini. Karena itu secara khusus lelaki harus mempersiapkan perubahan mental ini, karena jika tidak akan terjadi benturan, yang jika tidak dibereskan akan menjadi jurang pemisah. Lambat laun, kalau masing-masing memiliki aktivitas sendiri-sendiri, celah terhadap perselingkuhan akan mudah terbuka.

Rencanakan Kehamilan. Kalau pasangan sudah menikah, otomatis orang-orang akan bertanya tentang kehamilan. Meskipun begitu, sebaiknya anda berdua jangan terburu-buru memiliki anak, jika memang belum siap, baik itu dari segi finansial maupun pembelajaran tentang anak. Anda harus memikirkan saat memiliki anak, apakah diperlukan baby sister atau istri harus tetap tinggal di rumah.

Seimbangkan Perubahan Aktivitas. Apabila aktivitas yang dilakukan saat masih sendiri maka setelah berkeluarga anda berdua harus ditimbang ulang agar terjadi keseimbangan. Apakah anda berdua sudah memiliki komunitas yang tepat, yang bisa mendukung pertumbuhan anda berdua dan anak-anak.

Rumah dan Mertua. Anda harus membina hubungan yang sehat dengan keluarga besar calon pasangan anda. Jika hubungan tidak harmonis, yang ditakutkan akan terjadi intervensi dari mertua atau anggota keluarga lain. Tapi selain itu, tiap pasangan memang seharusnya tinggal sendiri. Karena perbedaan-perbedaan yang ada dapat memicu perselisihan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Tidak harus membeli rumah, minimal awalnya menyewa atau mengontrak.

Hidup bisa dibuat menjadi lebih seimbang, sederhana dan berkualitas, apabila anda mengetahui gambaran besar dari apa yang akan dihadapi serta fondasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan gambaran tersebut. Jadi jika anda ingin hubungan rumah tangga tetap langgeng hingga akhir hayat, pertimbangkan kembali hal-hal diatas agar tidak salah dalam memutuskan ikatan yang saklar itu. p2t

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...