Warga Tionghoa Maafkan Soeharto Meski Alami Diskriminasi Sistematis

Meski mengalami diskriminasi yang sistematis selama masa kepemimpinan Soeharto, namun filosofi Tionghoa tidak mengajarkan untuk menyimpan dendam kepada seseorang ataupun suatu rezim.

“Kami memilih untuk melihat sisi positif yang beliau lakukan selama hidupnya demi kemajuan Bangsa Indonesia,” kata Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Majelis Adat Budaya Tionghoa (DPP MABT), Andreas Acui Simanjaya di Pontianak, Minggu.
Ia mengatakan, wafatnya Soeharto merupakan kehilangan besar bagi Bangsa Indonesia atas seseorang yang pernah berjasa. Namun, lanjutnya, tidak dapat dipungkiri bahwa ada sisi negatif selama masa Soeharto menjadi presiden antara lain pengekangan budaya dan segala sesuatu yang berbau Tionghoa.

“Tetapi dengan wafatnya Soeharto, seluruh warga Tionghoa turut berduka cita karena jasa beliau yang hingga kini masih dirasakan manfaatnya selaku anak bangsa,” kata Acui.
Diskriminasi yang terjadi pada Tionghoa kini juga dapat terselesaikan dengan baik. Ia menambahkan, jangan selalu terbelenggu dan terpaku pada masalah melainkan bagaimana mencari penyelesaiannya. Terlebih berdasarkan undang-undang seluruh warga Tionghoa adalah warga Indonesia Asli.

“Apalagi yang mau dikejar selain berbuat sebaik-baiknya untuk memajukan bangsa ini dengan cara berusaha secara maksimal di bidang profesi dan keahlian masing-masing tempat kita berkarya,” kata Acui.

Sedangkan mengenai persoalan hukum Soeharto yang belum selesai, MABT menyerahkan penanganannya ke institusi hukum sesuai aturan dan pertimbangan pihak yang kompeten.
Selain telah memaafkan dan melupakan kesalahan Soeharto, kini warga Tionghoa berkonsentrasi agar arwah beliau diterima di sisi Tuhan yang Maha Penyayang serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan masa depan yang lebih baik.

Acui mengingatkan, bangsa yang besar harus bisa menghargai jasa para pahlawannya dan orang-orang yang pernah berbuat untuk kemajuan. “Kita harus menjaga budaya kemampuan bangsa ini dalam menghargai jasa para pahlawannya. Jangan kita mengutamakan menghujat daripada melihat sisi positifnya,” katanya.

Menurut dia, Indonesia memiliki masa depan yang harus diupayakan agar mencapai prestasi yang terbaik. Terbelenggu masa lalu akan sangat banyak menguras energi. “Lebih baik kita fokuskan energi bangsa ini untuk membangun dan membuat kemajuan bangsa, kita sudah banyak tertinggal secara internasional,” kata Acui.

AMIEN RAIS: MAAFKAN SOEHARTO

Mantan Ketua Umum DPP PAN Prof DR HM Amien Rais MA mengingatkan pemerintah untuk memaafkan mantan Presiden Soeharto.
“Kalau saya memaafkan Pak Harto itu mengingatkan agar jangan sampai kasus Pak Harto tak ada pemecahan dalam waktu hampir 10 tahun,” katanya di Surabaya, Minggu.

Mantan Ketua MPR RI tersebut mengemukakan hal itu saat menutup Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) II DPW PAN Jatim yang dihadiri 165 pengurus DPD PAN se-Jatim.
Namun pernyataan tokoh reformasi yang dikenal vokal terhadap Soeharto itu disampaikan pukul 12.30 WIB, sedang Pak Harto meninggal dunia pada pukul 13.10 WIB.

Dalam kesempatan itu, Amien Rais mengaku sudah mendengar kabar bahwa kondisi kesehatan Soeharto sudah sangat kritis dan tinggal hitungan jam.
“Karena itu, saya minta pemerintah mengambil langkah hukum secepatnya. Kalau bisa ya memaafkan Pak Harto, karena kondisinya sudah tinggal hitungan jam,” katanya.
Guru Besar UGM Yogyakarta itu menyayangkan bila pemerintah tidak mengambil sikap sampai Pak Harto tutup usia.

“Kalau masalah hukum belum ada, tentu akan menjadi preseden buruk bagi masyarakat kita di mata masyarakat internasional,” katanya. (Ant/f)

Pontianak (SIB) Sinar Indonesia Baru

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...